Kamis, 28 Februari 2013

Biografi B.J. HABIBIE (Mantan Presiden RI, Ahli Iptek)


Bacharudin Jusuf Habibie adalah manusia dengan segudang sebutan. Harian Sinar Harapan menjulukinya “Lambang abad ke-21”. Majalah AS, Christian Science Monitor menyebutnya “Lambang Progresivitas Islam”. Julukan Mr. Crack diberikan kalangan scientist karena B.J. Habibie adalah orang pertama didunia yang menunjukkan cara bagaimana menghitung urutan keretakan pesawat hingga ke tingkat atom-atomnya (crack propagation on random).

Kecemerlangannya ditunjukkan dengan berbagai penemuan dibidang konstruksi pesawat terbang yang diabadikan dengan namanya: “Teori Habibie, Faktor Habibie dan Metode Habibie”. Reputasinya dikukuhkan pula dengan penganugrahan Theodore van Karman, hadiah prestisius untuk dunia dirgantara, pada 1993. Habibie juga dijuluki Big Spender, karena proyek-proyeknya yang padat teknologi memang mahal dan menghabiskan anggaran Negara.
Habibie lahir di Parepare, Sulsel, 25 Juni 1936. Segala keberhasilan diraihnya dengan kerja keras. Saat berusia  13 tahun, Rudy (nama panggilannya) ditinggal wafat sang ayah, A.D. Habibie, bekas kepala jawatan pertanian Sulawesi Selatan. Ibunda Habibie sedang hamil delapan bulan saat itu. Wanita itu bersumpah disisi jenazah suaminya, bagaimanapun akan menyekolahkan anak-anaknya. Ibunda Habibie berdagang kecil-kecilan sembari membuka usaha kos-kosan untuk menafkahi keluarganya.
Habibie pergi ke Bandung untuk masuk SMP. Ibunya menyusul setelah ia naik kelas dua. Ia berhasil masuk ke Insitut Teknologi Bandung. Setahun di ITB, atas usaha ibunya, ia mendapat beasiswa P&K untuk belajar di Jerman Barat. Gelar insinyur mesin dan konstruksi pesawat terbang diraihnya pada usia 21 tahun. Ia meneruskan studi dengan biaya sendiri. Waktu lulus, ia adalah orang pertama diluar Jerman yang membuat skripsi tentang aeronautika. Disertasinya yang berjudul Hypersonic generic Heatic Thermoelasticity in Hypersonic Spreed membuatnya meraih gelar doctor.
Mulailah Habibie berkelana dalam dunia teknologi. Ia sempat bekerja sebagai asisten riset di Technische Hocheschule (TH) Aachen dan Messerschmitt-Boelkow-Blohm GmBH (MBB) yang dulu bernama Harburger Flugzeugbau GmBh (HFB), Hamburg, Jerman, sejak 1966-1978. Di MBB, karir puncaknya adalah Wakil Presiden/ Direktur Teknologi. Reputasi internasionalnya lantas menarik perhatian elite politik di Indonesia. Presiden Soeharto memanggilnya pulang pada tahun 1974.
Ia kembali ke Indonesia untuk mempelopori program alih teknologi, yang diawalinya dari sebuah bengkel pesawat terbang. Bengkel itu diberi nama Lembaga Industri Penerangan Nurtanio (Lipnur), semula hanya sebuah hanggar usang dengan pesawat penyebar serbuk buatan Polandia serta beberapa karyawan yang bersemangat. Di bengkel itulah, sebelumnya Komodor Nurtanio bersama sekelompok mekanik mengadakan percobaan membuat pesawat terbang kecil – dinamai Si Kumbang, Gelatik, Kuang, Kopik, dll – dengan peralatan seadanya.
Habibie tidak sekedar mengubah Lipnur menjadi pabrik pesawat terbang modern bernama Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN). Ia juga mengubah mendekatan alih teknologi dalam industry aeronautika Indonesia. Kalau ilmuan Negara berkembang pada umumnya harus mempelajari teknologi tingkat dasar dalam pembuatan pesawat terbang, Habibie langsung melakukan alih teknologi mutakhir. Faktor SDM sudah dipersiapkan sejak jauh hari. Februari  1969 di Jakarta, ia bersama Sutadi Suparlan direktur pada Direktorat Jenderal Industri Penerbangan membahas pemberangkatan sarjana Indonesia ke Jerman untuk belajar membuat pesawat. Sepuluh bulan kemudian, 30 sarjana Indonesia menimba ilmu di MBB. Ketika ia mulai membangun IPTN, sebagian sarjana itulah yang membantunya.
Habibie dan IPTN telah mengubah citra Indonesia dalam hal teknologi dirgantara. Indonesia menjadi salah satu dari tujuh Negara pembuat pesawat terbang didunia. IPTN berhasil menjual 173 pesawat CN-235 dan sekitar 125 pesawat N-250.
Selain IPTN, Habibie juga dipercaya mengelola Proyek Otorita Batam. Secara teknis proyeknya berhasil, namun tidak mendatangkan keuntungan financial. Itulah sebabnya ia banyak dikritik.
Selain mendapat dana APBN, pengembangan IPTN mendapat fasilitas pendanaan dari sumber non-budgeter seperti Reboisasi. Ketika kritik semakin keras, Habibie harus mencari alternative lain. Ketika akan menjalankan proyek pembuatan jet berpenumpang 1000 orang yang diberi nama N-2130 (tahun 1997), ia berusaha mencari dana pengembangan sebesar US$ 2 mjiliar dengan menjual saham.
Krisis ekonomi 1998 membuat pemerintah, atas desakan IMF, memangkas pendanaan bagi proyek-proyek mercusuar. IPTN pun terjerembab dan terancam bangkrut.
Selain berkiprah dibidang teknologi, Habibie juga tercatat bermanuver didunia politik. Jejak suami Hasri Ainun di dunia politik itu dimulai saat ia terpilih mengetuai Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) yang dibentuk tahun 1990. Banyak pengurus ICMI yang menjadi menteri atau pejabat. Beberapa pihak mencurigai ICMI berfungsi sebagai kereta politik Habibie, sekaligus alat Soeharto untuk meredam gejolak umat Islam.
Nyatanya melalui ICMI, nama Habibie diperuntungkan dalam kancah politik. Ia ditunjuk Soeharto sebagai Koordinator harian Dewan Pembina Golkar. Sidang umum MPR Maret 1998 memilihnya sebagai Wakil Presiden menggantikan Jenderal Try Sutrisno. Naiknya bintang politik Habibie terjadi pada momentum yang tepat. Hanya dua bulan menjabat Wakil Presiden, krisis ekonomi dan kerusuhan missal memaksa Soeharto meletakkan jabatan dan menunjuk Habibie menggantikan posisinya. Habibie pun tampil menjadi Presiden RI pada periode yang paling rawan secara ekonomi maupun politik.
Era kepemimpinan Habibie ditandai beberapa perkembangan positif dari sudut pandang demokrasi, misalnya pemberian kebebasan mendirikan partai politik, kebebasan pers, bahkan member kebebasan rakyat Timor Timur memilih untuk merdeka atau tetap bergabung dengan RI. Sesuai hasil referendum, Timtim pun memilih merdeka.
Habibie hanya menjabat sebagai Presiden selama setahun enam bulan. Bulan Oktober 1999, pertanggungjawaban habibie sebagai Presiden ditolak MPR. Ia pun mundur dari dunia polotik dan mendirikan Habibie Center, sebuah lembaga swadaya masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar